Monday, December 14, 2015

Catatan Mudik 1: Kisah Tentang Kushimoto

dari Türk Hava Yolları


Assalamualaikum.

Alhamdulillah, tahun ini kami diberi kesempatan mudik lagi ke Indonesia. Ada beberapa cerita yang sudah mendesak untuk disampaikan. Semoga catatan mudik kali ini bermanfaat untuk teman-teman sekalian.

Kisah pertama ini tentang Kushimoto.

Seperti biasa, kami selalu tiba di bandara lebih awal karena jalan tol menuju bandara bisa saja macet walau seringnya sih lancar. Kami saja yang super parno. Turkish Airlines yang akan kami tumpangi berangkat pukul 20.35 WIB dari bandara Soekarno-Hatta tapi, dua jam sebelumnya kami sudah rajin duduk manis di ruang tunggu penumpang.

Sebelumnya, kami sempat ikut antrian check-in yang baru kali itu, cukup panjang. Sepertinya faktor penerbangan langsung Jakarta-Istanbul tanpa transit membuat Turkish Airlines menjadi pilihan orang-orang yang bepergian ke Eropa.

Belum terlalu banyak penumpang yang masuk ke ruang tunggu tapi pesawat Turkish Airlines sudah nongkrong di bawah gerimis yang turun malam itu.

Saya penasaran dengan nama "Kushi.." yang tertera di bagian depan bawah jendela pilot pesawat. Memang, pesawat-pesawat Turkish Airlines biasanya mempunyai nama. Ada Ardahan, Şanlıurfa, dan sebagainya. Lalu apa nama pesawat yang sudah ada di luar itu? Setengahnya tertutup garbarata, jembatan yang menghubungkan ruang tunggu dan pesawat. Desain badan pesawat pun tampak berbeda. Apa kami salah masuk ruang tunggu? Apa benar itu pesawat Turkish Airlines menuju Istanbul?

Rasa penasaran saya itu tak segera terjawab. Ketika kami terbang ke Gaziantep, saya sempat melihatnya lagi. Ia sedang parkir di ramp

Keesokan harinya, baru saya sempat gugling dan menemukan nama lengkap si Kushi... Namanya Kushimoto. Ya, bukan nama Turki sama sekali. Nama Jepang.

Akhirnya misteri Kushimoto pun tersibak setelah Turkish Airlines memajang berita di halaman facebooknya: Kushimoto sudah tiba di Narita Tokyo dalam rangka memperingati peristiwa bersejarah yang melibatkan Turki dan Jepang: peluncuran film Ertuğrul 1890 atau Kainan 1890.


dari sini


Pada tahun 1890, Sultan Abdul Hamid II mengirimkan misi persahabatan ke Jepang untuk membalas misi serupa yang dilakukan Jepang pada Ottoman. Misi persahabatan itu diwakili oleh kapal frigat Ertuğrul dan dipimpin oleh Admiral Ali Osman Pasha. 

Dalam perjalanannya, Ertuğrul mengalami banyak insiden dan akhirnya ketika ia akan berlayar kembali ke Turki, angin topan menenggelamkannya di lepas pantai Wakayama. 500an kru kapal tewas dan sisanya bisa bertahan di bebatuan lepas pantai Wakayama. Penduduk kota kecil Kushimoto di Wakayama kemudian menolong awak kapal yang selamat dari musibah tersebut.

Nama Kushimoto kemudian diabadikan oleh Turkish Airlines untuk pesawat DC-10 mereka. Pesawat ini adalah pesawat yang menjemput sekitar 200 warga negara Jepang yang terjebak di bandara Teheran ketika perang Iran-Irak meletus di tahun 1985. Jepang tidak bisa mengirimkan pesawat komersilnya untuk melakukan misi penjemputan tersebut dan meminta Turki membantu mereka. Presiden Turgut Özal menyanggupinya sebagai balas jasa atas apa yang dilakukan oleh penduduk Kushimoto kepada awak kapal Ertuğrul.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, kini nama Kushimoto disematkan pada airbus 330-200 milik Turkish Airlines yang selanjutnya akan melayani rute Istanbul-Kansai. Dan kami, saya terutama yang jadi ikut melankolis, beruntung sempat naik Kushimoto dalam perjalanan dari Jakarta ke Istanbul. Yeaay! 

Peristiwa tenggelamnya kapal Ertuğrül dan kisah penjemputan di bandara Teheran itu diangkat ke layar lebar dengan judul Ertuğrul 1890. Selain film, setiap tahun ada upacara memperingati insiden tersebut di Kushimoto, Wakayama, Jepang. Presiden Abdullah Gül adalah satu-satunya presiden Turki yang pernah datang ke Kushimoto untuk ikut upacara peringatan tragedi Ertuğrul.

Nah, kalau penasaran sama film kerjasama Turki-Jepang ini, silakan lihat disini. Tanggal 25 Desember 2015, film ini akan mulai tayang di bioskop-bioskop Turki.

Sekarang selain masih memendam hasrat penasaran yang makin dalam terhadap Kushimoto dan Jepang, saya jadi penasaran juga sama Admiral Ali Osman, hehe. Lumayan, buat menyemangati Ali Osman kami yang sekarang suka sekali bertanya "Kenapa?" 

Semoga suatu hari nanti, kami bisa naik Kushimoto lagi dan menjelajahi kota-kota di Jepang, aamiin.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...