Sunday, August 11, 2013

Minggu Merenung: Kalau Mau Sama Anaknya; Harus Mau Juga Sama Ibunya!

Gambar dari Sini
Alhamdulillah. Tahun ini tepat tiga tahun kang warteg berada di Antep. Selama tiga tahun pula kang warteg menjalani pernikahan dengan orang Antep yang sudah terkontaminasi, hehe. Maksudnya, si Baba bukan lagi orang Antep asli karena sudah menerima masakan-masakan a la warteg. Insya Alloh, pernikahan ini barokah dan menjadi keluarga samara. Aamiin.

Selama tiga tahun menjalani kehidupan dan pernikahan dengan orang Antep, saya merasa belum apa-apa. Masih banyak hal yang belum tercerna dengan baik (contoh: türkçem). Masih banyak hal yang belum dikenal dengan baik dan masih banyak hal lagi yang harus dipelajari.

Salah satu yang masih terus dipupuk, diperbaiki,
dimaknai dengan penuh kedewasaan dan kebesaran hati adalah hubungan ibu mertua dan menantu. Menjadi gelin (menantu perempuan) orang Turki (baca orang Antep) bukanlah perkara yang mudah; bukan pula perkara yang teramat sulit. Semua tergantung orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ada yang hubungannya baik-baik saja (berarti tekanan rendah); ada yang hubungannya tidak baik (tekanan tinggi); ada yang hubungannya kacau (berarti tekanan tinggi tingkat dewa).

Seringkali saya curhat kepada teman-teman yang telah lama berumah tangga. Apa sesulit ini menjadi menantu? Apa harus selalu makan hati? Apa ga ada makanan lain? Hehe. Tapi setelah curhat, saya jadi malu sendiri. Apalagi ketika si teman berkata, "kalau mau sama anaknya; harus mau juga sama ibunya." Tapi, kan yang mau sama saya itu anaknya. Jadi ibunya harus mau sama saya, dong. (ngeyel!)

Memang, setelah beberapa masa, saya dapat menemukan bahwa terkadang saya perlu "cari muka" atau "bersandiwara" demi lancarnya hubungan menantu dan ibu mertua. Tapi, ada kalanya saya lelah bersandiwara dan ingin menjadi diri saya sendiri dan hal itu berarti memperbesar potensi konflik. Untungnya, suami saya sejauh ini masih menjadi pendukung setia sehingga keadaan yang menekan perasaan tidak menjadi lebih berat.

Yang pasti, saya harus selalu mengingatkan diri sendiri bahwa bumer juga manusia yang bisa salah. Tapi bumer juga adalah seorang ibu yang jika kita bantah maka ia mungkin tersinggung. Dan Alloh swt tidaklah memberi ujian diluar kemampuan hambaNya. Dan atas segala masalah hidup kita di dunia, Alloh swt tak pernah menyuruh kita memikirkan jalan keluarnya. Alloh swt hanya menyuruh kita bersabar dan menunaikan sholat.

2:45

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu" (QS al-Baqarah: 45)


Semoga Alloh swt memberikan kemudahan dan kesabaran pada kita (para gelin ^^!). Aamiin.

Gaziantep, 27 Juni 2013



2 comments:

  1. siiiapa tuuuh yg ngasi saaraan kayak gituu ,,hah*kacakpinggang*

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi the MAMIH herself. thx ya mih. ini emg agak njleb tp ampuh biar ga protes mulu :')

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...